Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Cerpen 'Pesan Ibu Pertiwi kepada Anaknya'

  
Image by David Mark from Pixabay 



    Nak, bagaimana kabarmu akhir-akhir ini. Ibu yakin kalian akan selalu baik-baik saja.
    Nak, tak menyangka sekarang keluarga kita sudah sampai ratusan juta banyaknya. Engkau terus melahirkan anak-anak yang lucu setiap harinya. Dari kejauhan ini Ibu selalu merasa bahagia melihat wajah-wajah mungilnya dan tangisannya adalah nyayian haru yang selalu kudengar pada tengah malam. Ibu akan selalu berusaha memberikan bahan pangan yang sehat dan berkualitas baik untuk anak-anakmu. Ibu hanya berpesan jaga dan rawatlah anakmu supaya kelak bisa tumbuh pintar dan berakhlak. Ajaklah mereka bermain di tubuhku yang subur ini.  Biarkan mereka menari dan berlari di tubuh Ibu. Biarkan mereka mengenal siapa neneknya. Jangan berikan teknologi kepadanya terlalu dini nak, sungguh Ibu cemburu jika mereka hanya mendekam di bilik kamar sehingga tak dapat ku raih tangan mungilnya. Biarkanlah Ibu memeluk dan mengelusnya melalui angin-angin dan akan ku putar lagu gembira melalui kicauan burung supaya mereka senang.
   Nak, Betapa gembiranya aku memiliki anak dengan macam-macam watak dan gaya budaya. Kalian semua lahir di tempat yang berbeda-beda dengan bahasa yang bermacam-macam. Tapi nak, aku ajari kalian berbicara dengan bahasa pemersatu  yaitu bahasa Indonesa supaya kalian bisa bercengkrama dan tertawa satu sama lain. Janganlah kau pergunakan bahasa itu untuk mengejek dan menghadrik saudara lain mu. Ibu akan merasa bersalah jika kalian saling mencaci apalagi sampai melibatkan kontak fisik. Ibu tak mampu lagi Nak, jika harus melerai kalian, tubuh Ibu sudah renta. Karena itulah sejak lama aku persiapkan secara matang sebuah warisan kepada kalian yaitu prinsip bermusyawarah  untuk menyelesaikan masalah. Duduklah bersama-sama dan pakailah warisan itu. Bukankah telah ku tumbuhi kalian biji-biji kopi yang bagus supaya kalian olah menjadi minuman sebagai teman camilan dalam bermusyawarah. Di dalam kopi itu ada belaianku untuk menenangkan hatimu dan seharusnya kamu merasakan itu Nak.
  
    Nak, Kurangilah aktifitas yang mengeluarkan asap berlebihan. Kurangilah memakai mobil pribadi. Ibu tau kamu merasa sejuk didalam ketika memakainya. Maafkan ibu jika sinarku terlalu panas menyinarimu tapi nak ada banyak tumbuhan yang harus Ibu sinari demi setiap hembus nafasmu. Perhatikan dan olahlah limbah hasil produksimu Nak. Sungguh kemampuan ibu menahan rasa sesak sudah menurun wahai anakku.
   Kepada anak-anaku yang sedang menjadi pemimpin, kurangilah melapisi tanah-tanah dengan semen. Tubuh Ibu merasa dehidrasi karena kekurangan asupan mineral. Tidakkah kau kasihan kepada Ibumu yang sudah renta ini ?. Hentikanlah juga kau jual perhiasan-perhiasan ibu kepada orang asing terlalu banyak, Nak. Sengaja Ibu timbun harta-harta itu sebagai investasi mu kelak dan berharap kau akan mengolahnya sendiri. Ibu tak mau harta-hartaku diolah oleh orang asing, Nak. Apa kamu ingin tau bagaimana rasanya mereka memgolah harta-harta ibu ?. Tangan mereka kejam, Nak, bagiku mereka kasar dan dan tak berperikemanusiaan. Ketika mereka mulai menjarah harta-harta yang kusimpan di sela-sela tubuh ibu, rasanya nyeri dan sakitnya melebihi proses melahirkan. Ibu tak menyangka kenapa mereka punya nafsu yang begitu besar kepada ibu yang renta ini.
    
  Maafkan Ibu, Nak jika banyak bencana-bencana yang menghilangkan keluargamu. Jika kau masih membaca pesan ini akan Ibu jelaskan semua bentuk-bentuk bencana itu supaya kamu tidak benci kepadaku, Nak.
   Jika terjadi bencana longsor, itu adalah bagian kulit ibu yang mengering karena pohon yang menjaga kelembaban kulit kau ambili terlalu banyak sehingga kulit yang kering itu menimpamu. Jika terdapat kekeringan itu adalah akibat demam panas Ibu yang akut karena gedung-gedung mu yang memamtulkan kembali sinar panas kepadaku. Jika terjadi banjir itu adalah bentuk keringatku yang berlebihan karena suhu panas tubuhku yang tak bisa menyerap kembali ke kulit karena kau lapisi kulit ku dengan semen. Jika terjadi bencana gunung meletus, itu adalah bentuk batukku karena panas di dalam tubuhku yang harus di keluarkan. Dan gempa adalah bentuk mengigilku.
  Sungguh ibu tak mau memberikan semua bencana itu kepadamu, Nak. Akan tetapi itu adalah bentuk dari kerentaan dan wujud dari umurku yang sudah tua. Ibu harap kau bisa memaafkan dan memakluminya. Ibu juga mohon kepadamu agar tetap merawat tubuh ibu secara sukarela.
   Tidak, Nak. Semua itu juga bukanlah bentuk kemarahan apalagi kebencian kepadamu. Sungguh Ibu tak akan pernah marah kepadamu. Perlu kau ketahui bahwa Ibu selalu sayang dan cinta kepadamu walaupun terkadang kalian nakal. Bagi ibu, sifat nakalmu mengingatkan ku kepada masa-masa kecilmu yang lucu. Betapa senang ibu ketika itu kamu belum mengenal nafsu dan ketamakan.
     Nak, Maafkan Ibu karena punya  banyak kekurangan yang kerapkali membuatmu iri dengan Ibu-ibu di belahan dunia. Maafkan juga Ibu hanya mampu memberikanmu tanah yang subur. Janganlah kalian menyesal karena terlahir di tanah pertiwi ini.  Jangan tinggalkan Ibu hanya karena kekuranganku, Nak. Majukanlah tanah ini dengan baik. Yakinlah kepada negeri ini. Buanglah keraguan terhadap negeri ini. Semua kekurangan itu akan berubah menjadi Kelebihan. Kekurangan ibu juga bukanlah takdir. Tetaplah senantiasa mengharumkan tubuh ibumu ini. Jangan dengarkan kata orang, karena cemohan mereka adalah penghambat kemajuanmu.
   Sekian pesan ini Ibu sampaikan kepada kalian, anak-anakku. Semoga kalian membacanya. Senyum dan Sayang selaluku curahkan kepada kalian.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter