Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Cerpen : Jangan Takut Hujan

     

    


    Aku selalu suka bicara perihal hujan walaupun pada kenyataanya di luar sana hujan tidak selalu disenangi oleh orang-orang. Hujan memang seringkali dibenci karena kedatangannya yang tidak pas dan membuat rencana menjadi kacau. Lagipula siapa juga yang menyuruh mereka berencana sedemikian apiknya, seolah-olah rencana itu dibuat dengan dalih sebuah keharusan yang musti terwujud. Padahal rencana bisa jadi hanyalah sebuah angan-angan yang dibuat secara formal. Menurutku sudah sepatutnya hujan datang untuk mengacaukan rencana-rencana manusia supaya mereka sadar bahwa ada yang lebih penting dari sekedar membuat rencana, yaitu menyadari adanya kehendak dari Sang Pencipta. 

    Tidak hanya dibenci, terkadang hujan juga selalu dikaitkan dengan kenangan dan kerinduan. Kenangan bagi hubungan-hubungan yang gagal dan kerinduan bagi pasangan-pasangan yang dipisahkan oleh kejauhan. Pada saat hujan berbondong-bondong menyerbu daratan, kedua jenis insan tersebut akan sibuk meratapi  ritme rintik hujan yang menghantam atap rumahnya sambil meratapi juga rasa penyesalan  pada sebuah perpisahan serta rasa kekesalan pada jarak. Sepertinya mereka harus belajar tentang makna mati rasa sehingga ketika hujan turun maka yang ada hanyalah suasana nyaman untuk tidur. 

    Memang agak berat jika harus belajar memaknai mati rasa. Perlu waktu yang tidak sedikit untuk mencapai mati rasa yang hakiki. Akan tetapi aku punya cara alternatif sendiri supaya tidak ikut terlarut dalam kenangan dan kerinduan saat hujan datang. Biasanya saat hujan sedang turun yang aku lakukan adalah menyeduh minuman hangat seperti susu coklat, teh hijau, atau mungkin kopi. Lalu aku akan duduk di teras sambil menatap setiap tetesan hujan yang turun dari genting rumahku dan berbincang dengan diri sendiri. Disela-sela perbicangan itu, seringkali aku titipkan secarik harapan kepada hujan, memohon agar semua yang kuharapkan terwujud. Aku percaya bahwa hujan merupakan perantara sakral untuk mewujudkan semua keinginan yang kupunya. Bukan berarti aku mengagungkan adanya hujan tapi lebih tepatnya memanfaatkan cara kerja hujan yang begitu menenangkan. 

    Namun disamping itu, Hujan sebenarnya mempunyai banyak sifat.Tenang saja, Aku tidak akan menjelaskannya satu persatu dengan rinci, kalian akan bosan mendengarnya. Mungkin alahkah baiknya jika aku  hanya menjelaskan dua sifat saja. Kedua sifat itu ialah hujan yang menenangkan dan hujan yang  menyeramkan. Hujan yang paling menenangkan selalu diawali dengan gerimis kecil. Lalu, sejalan dengan jatuhnya rintik-rintik kecil itu ke tanah maka akan ada sebuah aroma yang begitu dahsyat menyerbak. Wanginya sulit dideskripsikan. apakah aroma sejuk ? tentu bukan. Aromanya lebih dari kesejukan di pagi hari. Maka dari itu, bersegeralah keluar dari kamar apabila telah datang gerimis kecil. Sudahi saja memendam rasa sedih di kamar. Lepaskan semua air mata yang telah lama disimpan dan menangislah diratapan hujan yang menenangkan. Karena hujan yang tenang tidak pernah mengecewakan. 

    Lalu, bagaimana dengan hujan yang menyeramkan ?. Aku agak takut menjelaskan sifat hujan yang satu ini. Tidak ada isyarat gerimis seperti pada hujan yang menenangkan. Hanya ada gelap dan tetesan airnya langsung menyambar dengan keras. Tetesan airnya menyakitkan bagaikan ditembak anak panah.  Suara-suara menakutkan akan segera betebaran di atas kepala, suara petir, suara omong kosong, dan ada juga suara kesakitan. Semuanya menyatu.  Beberapa saat kemudian, akan ada juga angin yang murka bertiup dari berbagai arah. mengoyangkan pohon-pohon besar dan menjatuhkan banyak ekspektasi. 

    Beruntungnya, hujan yang datang di depan halamanku sekarang ini adalah hujan yang menenangkan. Begitu indah dipandang dan dirasakan. Jikalau boleh kubandingkan dengan senja, hujan yang menenangkan lebih menakjubkan pemandangannya. Sudah Seharusnya Sukab menghadiahi hujan kepada Alina, bukan sepotong senja. Sepotong senja bukan kue yang bisa dinikmati bersama-sama. Lain hal dengan hujan, dia bisa dinikmati bersama orang yang kita cintai dengan tambahan secangkir obrolan hangat, barangkali sambil berpegangan tangan. Sayangnya orang yang kucintai tidak suka hujan. Dia lebih suka kepastian. Aku tidak tau harus mencari dimana benda sejenis itu di dunia yang diselimuti ketidakpastian ini. 

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter