Judul : Efek Jera
Penulis : Tsugaeda
Penerbit : One Peach Media
Tahun Terbit : 2020
ISBN : 9786237502692
Rating : 4.21/5
"..Proses penyelidikan dan penyidikannya sudah tidak niat. Aparat sudah banyak yang dibeli. Kalaupun sampai kepengadilan, hakimnya yang dibeli.." (hlm.59)
Akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan tentang kasus polisi tembak polisi antara Brigadir Yosua dan Birgjen Fredy Sambo. Di luar sana banyak berita mengungkap adanya kejanggalan-kejanggalan di kasus itu. Mulai dari dugaan pembunuhan berencana, penghilangan barang bukti, sampai penyembunyian fakta oleh beberapa institusi besar negara. Saya pun jadi teringat salah satu buku yang saya punya yang menyinggung penegakan hukum di Indonesia. Yup Buku itu berjudul Efek Jera.
Buku karya Tsugaeda ini saya ketahui dari salah satu blog review buku, setelah saya baca reviewnya, saya memutuskan untuk membelinya di awal bulan Maret dan tentunya sudah selesai dibaca lama sekali. Hanya saja saya lupa untuk membuat reviewnya akibat sering menunda-nunda. Jadi jangan suka menunda-nunda pekerjaan ya, atau kalian akan lupa mengerjakannya. Jadi, tanpa basa-basi lagi mari kita masuk ke sesi reviewnya.
Sesuatu yang tampak bagus dari luar belum tentu isinya juga bagus. Setidaknya itulah istilah yang tepat untuk mendeskripsikan secara singkat pengungkapan kasus yang ada di buku ini. Bertemakan nuansa perjalanan investigasi, kasus yang dibahas di dalamnya adalah perjalanan mencari fakta sebuah permainan licik dari perusahaan maskapai penerbangan bernama Penida Airways, tentunya tidak ada perusahaan di Indonesia yang mempunyai nama seperti itu. Karena cerita yang dihadirkan merupakan cerita fiksi alias khayalan semata. Penida Airways sendiri diceritakan sebagai maskapai penerbangan besar dengan banyak penghargaan dan tentunya digemari banyak penumpang untuk kelas menengah karena harganya yang bersahabat. Akan tetapi, dibalik harganya yang murah itu pelayanan maskapainya sangatlah buruk, mulai dari seringnya keterlambatan, minimnya keamanan, banyaknya kecelakaan terbang, sampai dengan pengabaian hak ketenagakerjaan. Keburukan Penida Airways semakin terlihat ketika memainkan fakta kematian salah-satu pilotnya dengan kepolisian demi menjaga nama baik perusahaan.
Latar keburukan Penida Airways itu pun telah dicium oleh segelintir orang yang beranggotakan Om Jon dan Pak Makarim. Mereka adalah pemeran yang berusaha untuk membuka fakta kepada khalayak umum terkait keburukan-keburukan di Penida Airways. Dengan merekrut seorang anak jalanan berusia 19 tahun bernama Dio, perjalanan menungkap fakta pun dimulai.
"Di atas perusahaan besar, ada perusahaan sakti tapi ada tambahannya. Dia punya jaring-jaring dengan penguasa, yang membuatnya bisa seenaknya melanggar hukum" (hlm. 61)
Secara keseluruhan cerita yang disuguhkan cukup menarik untuk dinikmati. Alurnya pun tidak mudah untuk ditebak, banyak kejadian-kejadian dramatis dan penuh aksi di dalamnya Menggunakan sudut pandang orang pertama, pembawaan ceritanya pun santai dan tidak banyak penjelasan yang bertele-tele. Intrik kepentingan politik yang ditambahkan juga menjadi favorit saya ketika membaca buku ini, hal itu karena memang banyak kejadian berbau politik yang dalam tanda kutip banyak terjadi di Indonesia.
Buku ketiga yang ditulis oleh Tsugaeda ini sukses membuat saya merasakan pengalaman baru dalam membaca novel. Untuk selanjutnya saya akan mencoba lagi dua karya beliau lainnya, yaitu "Sudut Mati" dan "Rencana Besar". Semoga saja ada yang menjualnya sebab kedua buku tersebut sudah terbit lama sekali, sekitar tahun 2013 dan 2015.
Segitu saja sesi review buku kali ini. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk kalian yang bingung dalam memilih novel. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dan penulisan. Sebagai penutup saya ingin menampilkan salah satu kutipan yang ada di buku ini. Semoga bisa menjadi sarana pengingat bagi banyak kawan-kawan laki di luar sana.
Posting Komentar
Posting Komentar