Penjelasan dalam Diam
Image by Free-Photos from Pixabay |
Waktu itu aku baru saja selesai merenung dari musala sekolah untuk menentukan sebuah keputusan berbincang denganmu perihal semua yang kamu lihat. Lalu, dengan tergesa-gesa aku ingin segera menghampirimu dan memberikan sebuah pernyataan serius padamu. Kucari tubuhmu di setiap sudut sekolah tapi aku tak kunjung menemuimu. Sampai pada akhirnya, aku melihatmu dari kejauah dan tubuhmu berjalan tepat kearahku. Saat itu juga aku benar-benar merasa senang karena dalam beberapa detik lagi kita akan berpapasan dan aku akan punya kesempatan berbincang denganmu. Tapi ternyata dugaanku salah, sebab tiba-tiba kamu memberikan sebuah pertanyaan yang membuatku heran. Seperti ini pertanyaannya "Sebenarnya yang berhubungan dengan wanita itu, kamu atau dia?, kemarin aku melihatmu berjalan dengannya dan barusan kulihat dia berjalan dengan pria lain". Aku hanya terdiam dan lagi-lagi terheran, hanya hati yang menjawab dengan tegas "wanita itu memang milik pria yang kaulihat dan aku tetap cinta kamu".
Adinda.. jika saja waktu itu kamu melampiaskan marahmu kepadaku, maka aku akan benar-benar memberikan penjelasan ini untuk marahmu.Tak peduli seberapa besar marahmu asal kau tetap bersedia mendengarkan penjelasanku Akan tetapi, saat itu kamu lebih memilih diam dan pergi meninggalkanku. Aku ingin memanggilmu kembali, tapi dari gerak tubuhmu terlihat bahwa kamu tak mau mendengar penjelasanku lebih lanjut. Apakah saat itu kamu beranggapan bahwa aku pernah punya hubungan spesial dengan wanita lain ? apakah kamu telah menyimpulkan bahwa aku adalah lelaki yang nakal ?. Janganlah diam, wahai kasih. sungguh diam wanita adalah petaka bagi pria.
Aku hanya ingin memberitahu bahwa kamu salah besar jika menyimpulkan seperti itu. Karena pada kenyataannya adalah aku tak pernah serius dengan wanita itu. Saat pertama kali dia menghampiriku, saat itu juga aku ragu akan kelangsungan hubungan kita kedepannya. Tapi yang perlu kamu ketahui bahwa saat itu aku dihadapkan dengan dua sisi yang menyulitkan. Di satu sisi aku ingin tetap menjalin persahabatan kita, sambil menata diri demi kemapanan masa pernikahan kita nanti. Akan tetapi dilain sisi, aku tak tega dengan wanita itu jika harus secara terang-terangan mengatakan kepadanya bahwa dia adalah penggangu. Maka keputusan yang kuambil adalah menaruh rasa yang biasa saja padanya. Sungguh tak kuduga ternyata wanita itu terus berusaha untuk mendapatkan perhatian dariku. Sampai pada akhirnya aku berada pada titik lengah dan mengikuti ajakannya untuk berjalan bersama, tapi percayalah aku tak memegang tangannya. Lalu, kejadian semakin diperparah ketika tiba-tiba aku melihat sosokmu secara samar-samar, melihatku dengan sekilas dan lantas mengacuhkan pandangan ketika ingin kupanggil. Gerakmu begitu cepat menghilang di telan kerumunan orang. Aku yakin itu adalah kamu, bertahun-tahun bersahabat tak mungkin diriku tak hafal segala bentuk gerak-gerikmu.
Semenjak kejadian itu, aku langsung merasa ada yang tak beres dengan kita, ya kita berdua tentunya. Sejak itu aku merasa kamu selalu berusaha merenggangkan hubungan kita. Apakah kamu marah ? apakah kamu kesal denganku ?. Pertanyaan itulah yang membuatku terpacu untuk menanyakan kabarmu dan memang selalu kutanyakan, namun sangat disayangkan kamu tak membalasnya. Astaga adinda.. itu membuatku semakin yakin bahwa kamu benarlah marah. Lalu, satu bulan kemudian kamu membalas pesanku dan dalam surat itu tertera permintaan maaf bahwa pesanku tak terbaca karena tertutup koran harian kakakmu. Tidak dinda, pesan itu tak tertutup koran tapi kamu enggan membukanya. Bagaimana mungkin kamu enggan membukanya, padahal setiap dua hari kita selalu berbalas pesan. Tidakah kamu kangen saat itu?.
Hari demi hari kerenggangan itu semakin nyata. Kita yang dulu selalu menyempatkan waktu untuk duduk bersebelahan dan berbincang tentang apapun, Berubah menjadi keheningan yang semakin legang. Kamu juga telah banyak bergaul dengan pria-pria badboy sekolah, dan banyak tertawa dengan mereka. Sungguh, jika berbicara tentang itu aku langsung merasa ngeri, bukan karena takut terbawa nakal oleh mereka tapi aku ngeri jika kamu terpikat oleh salah satu dari mereka. Siapa yang tak kenal badboy sekolah yang mayoritasnya adalah kaum moderat. Aku takut jika nanti kamu di tipu karena materi yang mereka punya dan kamu terperangkap oleh sakit hati yang berkepanjangan.
Sebenarnya masih banyak lagi perubahanmu yang menimbulkan sesal berkepanjangan pada diriku. Jika teringat kejadian di atas, aku merasa penyesalan itu langsung tiba-tiba muncul. Bahkan diwaktu sekarang ini.
Saat ini kita sudah beranjak lebih dewasa, dan sialnya penyesalanku diperparah dengan jarak yang begitu jauh denganmu. Malam-malam sunyi adalah siksa jika membayangkan wajahmu yang dulu kerap kali tersenyum. Hanya doa yang bisa menyembuhkan kangenku. Apakah kamu juga kangen padaku ?. Tenang, idealnya masih ada enam tahun lagi untuk merencanakan pernikahan maka janganlah dirimu terburu-buru pada cinta. Aku tahu banyak pria yang menyukaimu, tapi bisakah kamu mempertahankan status lajangmu untukku ?. Bukankah kuberi kamu julukan The Most Precious Single in Universe .Dari banyak wanita yang kutemui, belum pernah ada yang seunik dirimu dan mampu membuatku menginterpretasikan pernikahan dalam doa-doa yang panjang.
Enam tahun memanglah bukan waktu yang sebentar, apalagi keterbiasaanku pada waktu itu yang tak pernah jauh dari tubuhmu. Jika kamu ingin mengetahui apa saja yang aku lakukan pada enam tahun itu, maka jawabannya adalah 3-2-1. 3 tahun untuk memapankan pendidikan, 2 tahun untuk memapankan finansial, dan 1 tahun untuk memperkenalkanmu pada keluargaku dan memperkenalkanku pada keluargamu.
Sampai jumpa enam tahun lagi, semoga kamu selalu tetap lajang. Jangan pernah merasa sepi, jangan pernah mengeluh kekurangan cinta. Sebab pada hakikatnya, cinta itu luas. Tak melulu tentang dua insan yang saling mengirim pesan. Cinta tak sesempit itu, wahai Adinda.
Posting Komentar
Posting Komentar