Jujur dalam Diam
Image by Pexels from Pixabay |
Perlu kamu ketahui bahwa cintaku padamu hanyalah sebesar benih pohon ceri yang kubuang pada sudut-sudut tanah kotor dan terasing. Tak ada yang spesial dari dirimu. Rambut yang tak konsisten, pakaian yang tak beraturan, dan tak ada senyum pada wajahmu. Wanita mana yang tak risih dengan itu semua. Belum lagi perilakumu yang tak kenal malu. Masih lekat diingatanku saat hari pertama masuk sekolah dan kita dipertemukan pada sebuah angkutan desa yang sama. Dengan percaya dirinya kamu turun terlebih dahulu lalu berkata "Hei.. Kamu bayarin dulu ya, nanti kalau ketemu aku ganti,kok" Lalu pergi tanpa bilang terima kasih. Saat itu aku bingung harus berkata apa, syaraf-syarafku langsung refleks memberi uang dua kali lipat kepada sang sopir. Kejadian itu membuatku menarik satu kesimpulan lagi, yaitu "kamu aneh".
Tapi ternyata aku lalai dan baru tersadar bahwa analogi cinta yang kuberikan padamu adalah sebuah benih, yang berarti ada kemungkinan bahwa cinta itu akan berkembang. Benar saja, kamu datang lagi menghampiriku diperpustakaan. Mengembalikan uang yang kaupinjam sewaktu diangkutan dulu sembari tersenyum. Saat itulah benihnya mulai tumbuh.
Jika benih sudah tumbuh, lalu daun-daunnya telah rindang, dan bunganya telah mekar maka jangan paksa aku untuk menebangnya, sayangku. Siapalagi yang bisa bertanggung jawab kalau bukan karena senyum dan matamu. Tak luput juga pesan-pesan yang kamu tulis tentang mata pelajaran sastra. Tidakkah kamu mengetahuinya bahwa bagian terpentingnya bukanlah tentang pertanyaan-pertanyaan yang kau tulis dalam secarik kertas itu, tapi yang kutunggu adalah kepedulianmu. Pesan-pesan yang kamu kirimkan membuatku ingin segera melihat mentari dan segera bertemu denganmu. Tidakkah kamu tahu pada setiap pertemuan kita di sekolah ada kata yang tak pernah kungkapkan padamu, ialah "Aku sayang padamu, apakah kamu sayang padaku juga ?"
Lalu, Siapa sebenarnya wanita itu ? Sebegitu berharganyakah dia untukmu ?. Wahai sayangku apakah kamu lupa bahwa kamu telah menanamkan sebuah tempat yang teduh untukku ?. Jika tidak, kenapa kamu begitu dekat dengannya. Menatapnya dengan dalam dan berjalan bersamanya ketempat yang bahkan aku sendiri tak pernah kamu ajak. Jujur, jika saat itu aku melihatmu memegang tanganya lebih dulu daripadaku, akan kutampar pipimu dengan kencang saat itu juga.
Pada hari-hari selanjutnya, lagi-lagi aku di perlihatkan suatu kenyataan yang pahit. Kulihat wanita itu bersama pria lain dan dirangkul olehnya. Hal itu membuatku menduga, jangan-jangan kamu mencoba merusak hubungan pasangan lain. Setelah melihat kejadian itu, aku langsung mencarimu di setiap sudut sekolah dan berencana akan menamparmu. Lalu, bertemulah kita pada sebuah lorong sekolah. Ketika jaraknya masih jauh, aku sudah benar-benar mempersiapkan tangan untuk menamparmu, akan tetapi ada sesuatu yeng tak dapat di jelaskan kenapa diriku berhasil mengurungkan tamparan itu. Maka aku alihkan dengan memberimu sebuah pertanyaan, seperti ini "Sebenarnya yang berhubungan dengan wanita itu, kamu atau dia?, kemarin aku melihatmu berjalan dengannya dan barusan kulihat dia berjalan dengan pria lain". Tapi kamu hanya diam dan menatapku. Wahai sayangku, ada begitu banyak pertanyaan yang harus aku tanyakan kepadamu, tapi untuk satu pertanyaan itu saja kamu tak mampu menjawabnya. Kenapa diam ? Apakah kamu takut ? atau kamu benar merusak hubungan orang ?.
Sahabatku yang kusayang. Seharusnya kamu mengetahui bahwa hati wanita begitu rentan menerima kenyaatan dan tidak seharusnya kamu membuka hati dengan mudah untuk wanita-wanita lain. Jika memang hati kita sudah menyatu dan telah menjelma menjadi satu atap rumah, kenapa kamu biarkan ia masuk kerumah kita ?. Tadinya aku masih menganggap ia sebagai seorang tamu dan masih membiarkannya berbincang denganmu. Tapi ternyata kamu semakin dekat dengannya. Dekat dan tak menutup kemungkinan kamu akan memegang tangannya, atau bisa jadi kamu akan mencium bibirnya. Sungguh, aku takut dua hal itu terjadi. Aku juga takut membuka pesanmu yang ternyata isinya adalah penjelasan hubunganmu dengan dirinya. Maka kubakar saja pesan-pesanmu termasuk pesan yang terbaru. Aku sungguh tak siap membacanya. Dan karena itulah aku mencoba mencari sebuah pelampiasan dengan bergabung bersama para badboy sekolah. Banyak novel yang menceritakan tentang sisi lain para badboy. Sisi lain itu aku gunakan untuk mencoba menata ulang kebahagian yang telah runtuh. Aku mencoba mengagumi salah-satu dari mereka dan pastinya lebih tampan darimu. Aku coba berbincang dengannya, membuat suatu percakapan yang nyaman dan berharap bisa membuatku pulih. Perlu kamu ketahui bahwa pada dasarnya semua perempuan suka badboy apalagi secara finansial mereka adalah anak konglomerat. Tapi ternyata pelampiasan itu semakin tak berjalan dengan baik, sebab nyatanya aku selalu rindu padamu. Apakah kamu juga rindu padaku ?.
Waku telah berjalan dengan cepat, wahai sayang. Sekarang kamu sudah jauh dariku. Sudah lama sekali kita tidak berbincang lagi. Kapan kiranya kita bisa sedekat dahulu ?. Mampirlah barangkali sebentar kesini. Berbincanglah dengan ibu. Jangan takut, sesungguhnya ia wanita paling baik. Carilah perhatian darinya. Niscaya kamu dapatkan anaknya.
Posting Komentar
Posting Komentar