Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Cerpen 'Jemput Aku Jam Tiga'

 

Image by Opia30 from Pixabay
  Suasana panas menyengat pesisir Jakarta telah meninggalkan jejak berupa keringat yang bercucuran pada tubuh Surijal. Delapan jam sudah ia habiskan waktunya di sekolah dan perjalanan pulang selama satu jam melewati kepadatan jalan kota metropolitan sambil disoroti sinar matahari yang ganas. Seketika saat sampai pada rumah singgahnya, Surijal langsung pergi menuju kamar dan terkapar lelah. 
   Belum lama tubuhnya menyentuh ranjang, tiba-tiba telepon gengamya berdering dengan kencang. Suara telepon yang membuatnya kesal karena mengganggu istirahatnya. Di tambah dengan  alis yang menukik semakin memperjelas kekesalannya. Akan tetapi, semua itu berubah begitu cepat ketika mengetahui bahwa yang menelponya ialah Rena, sang kekasih. Raut wajahnya pun berubah datar. 
   "Sayang, Bisakah jam tiga nanti kita jalan, aku bosan sekali" Rena berbicara lewat telepon. 
   Surijal melihat jam tangannya, dan waktu menunjukan pukul setengah tiga yang berarti ia hanya punya waktu setengah jam untuk bersiap-siap. 
  "Tentu sangat bisa, yang. Nanti aku kabari jika sudah sampai" Jawab Surijal dan mengakhiri percakapan telpon tersebut. 
    Ia langsung mengambil handuk dan peralatan mandi, bersiap membersihkan diri dari keringat yang membuat tubuhnya lengket dan menimbulkan bau tak sedap. Langkahnya begitu cepat menuju ke arah kamar mandi. Dari luar kamar mandi, suara gemercik air terdengar begitu risih menandakan ketergesahan seseorang di dalamnya. 
   Setelah selesai membersihkan diri, maka lanjutlah Surijal ketahap selanjutnya, yaitu memilih pakaian yang terbaik. Sebagai lelaki tentu tak perlu memakan waktu yang lama untuk urusan pilih memilih, Surijal langsung memilih kemeja hitam kesayangannya dan jeans berawarna biru telur asin. Ia bercermin sebentar untuk merapikan rambut, lalu pergi menggunakan sepeda motornya.
   Motor bebek dengan kapasitas 125cc melaju dengan kecepatan maksimal. Surijal kembali berurusan dengan ganasnya suasana gersang di padang aspal. Menyalip diantara mobil-mobil, sambil sesekali melewati trotoar demi menghindari kemacetan. Bahkan lampu lalu lintas pun diterobos olehnya. Di saat mendadak seperti ini, lebih baik menghadapi bahaya daripada pujangganya kecewa.
      Sampailah Surijal di rumah Rena. Ia melihat jam tangannya, jarum jam menujukan pukul 14.50, manandakan bahwa ia tidak terlambat dan kemungkinan pujangganya kecewa sangat kecil. Diambillah telpon genggam di sakunya  dan mengabari Rena lewat pesan singkat. Akan tetapi, pesan tersebut tak kunjung dibalas. Ia mencoba menelpon namun nahas, nomor yang dituju sedang tidak aktif.
    Rumah Rena terlihat sepi saat diamati dari luar dan pintu pagarnya pun terkunci oleh gembok. Surijal mencoba berprasangka mungkin kekasihnya itu sedang keluar sebentar membeli sesuatu keperluan yang mendadak.
   Telepon genggam berdering panjang
   Nomer yang dituju terus ditelponnya.
   "Kita putus !1, jangan tanya kenapa sebab kamu telah ingkar janji" Ujar Rena lewat telepon.
   "Tapi ini jam tiga pas,Na.  Dan aku sudah sampai depan rumahmu"Balas Surijal sambil melihat jam tangannya.
   Surijal melihat sekeliling lantas terheran sebab tiba-tiba hari sudah gelap dan Jam digitalnya menunjukan pukul tiga. Pukul 03,00 dalam sebuah bilik kamar yang temaram dengan tubuhnya yang setengah sadar.

 
 
    
   
     
    

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter