Penulis : Arundhati Roy
Tahun terbit : 2002
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Penerjemah : A. Raharti Bambang Haryo
Jumlah Halaman : 420 halaman
Ini adalah book review pertama saya yang akan membahas tentang buku The God of Small Things. Book review di blog saya mungkin sedikit berbeda dari yang lain dan sedikit melenceng dari kaidah. Hal itu saya lakukan agar lebih santai saja dalam membahas sesuatu agar mudah dipahami oleh kalian para pembaca.
Okay.. kembali ke topik pembicaraan. Jadi buku ini ditulis oleh seorang perempuan berkebangsaan India yang merangkap sebagai aktivis dan juga penulis, wanita itu bernama Arundhati Roy. Mungkin jika di lihat dari judul secara sepintas atau diterjemahkan di Google Translate, maka hasilnya ialah "Tuhan dari benda-benda kecil" atau "Dewa hal-hal kecil".Tapi itu salah, sebab arti dari judul yang sebenarnya dari buku ini adalah " Yang Maha Kecil".
Sedikit informasi, sebenarnya buku ini pertama kali terbit pada tahun 1996 oleh Flamingo Publisher dalam bahasa Inggris dan baru tahun 2002 terbit dalam bahasa Indonesia. Setelah satu tahun selanjutnya sejak tahun pertamanya terbit tepatnya tahun 1997, buku Arundhati Roy langsung mendapatkan penghargaan Man Booker Prize karena diksi dan majas yang pakai sangatlah indah. Akan tetapi, buku ini juga menjadi buku yang kontroversial oleh beberapa kalangan karena salah satu bagian dari buku ini yang mengandung unsur seksual yang begitu gamblang dipaparkan.
Masuk kepada isi cerita, novel ini mengambil latar tempat sebuah kota pada masa lampau di India yang bernama Kerala. Secara garis besar, novel ini mengangkat tema penindasan di dalam satu keluarga. Ada bagian yang mengangkat kekerasan terhadap perempuan benama Ammu dan Mamachi, Kekerasan kepada anak yang bernama Rahel dan Esthapen, serta kekerasan kepada kasta terendah bernama Velutha. Tidak hanya itu saja, novel ini juga menyajikan beberapa isu-isu politik dan lingkungan yang ada di India dalam bentuk fiksi.
Total tokoh yang terdapat didalam novel ini berjumlah sembilan orang. Adapun tokoh-tokoh tersebut ialah, dua anak kembar bernama Rahel dan Esthapen, Ammu sebagai Ibu dari anak kembar tersebut, Papachi dan Mamachi sebagai orang tua Ammu, Velutha sebagai orang dengan kasta paling rendah (The Untouchable).
Saat membaca bagian pertama dari novel ini, saya merasa bingung sebab tiba-tiba penulis menceritakan sebuah berita kematian seorang gadis bernama Sophie Mol. Perlu kalian ketahui jika membaca novel ini, yaitu alurnya. Alur yang digunakan adalah alur acak yang dimana urutan cerita sangat tidak berurutan. Mungkin analogi Puzzle sangat tepat untuk penggambaran alur novel ini. Kita harus benar-benar menyelesaikan setiap cerita novel ini supaya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenak kalian. Walaupun pada bagian awal cerita terkesan membingungkan, teruslah membaca sampai akhir cerita karena kalian akan menemukan beberapa bagian yang kontroversial dari novel ini.
Total tokoh yang terdapat didalam novel ini berjumlah sembilan orang. Adapun tokoh-tokoh tersebut ialah, dua anak kembar bernama Rahel dan Esthapen, Ammu sebagai Ibu dari anak kembar tersebut, Papachi dan Mamachi sebagai orang tua Ammu, Velutha sebagai orang dengan kasta paling rendah (The Untouchable).
Saat membaca bagian pertama dari novel ini, saya merasa bingung sebab tiba-tiba penulis menceritakan sebuah berita kematian seorang gadis bernama Sophie Mol. Perlu kalian ketahui jika membaca novel ini, yaitu alurnya. Alur yang digunakan adalah alur acak yang dimana urutan cerita sangat tidak berurutan. Mungkin analogi Puzzle sangat tepat untuk penggambaran alur novel ini. Kita harus benar-benar menyelesaikan setiap cerita novel ini supaya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenak kalian. Walaupun pada bagian awal cerita terkesan membingungkan, teruslah membaca sampai akhir cerita karena kalian akan menemukan beberapa bagian yang kontroversial dari novel ini.
Posting Komentar
Posting Komentar