Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Cerpen 'Dinding'

  

Image by Pexels from Pixabay 

 Sudah hampir 12 tahun lamanya, seorang Ma’rifat menjalani hidupnya dengan menggeluti perjalanan panjang mengunjungi berbagai mancam dinding di hampir belahan dunia. Ia tak pernah menghitung secara detail berapa banyak dinding yang telah ia kunjungi. Akan tetapi, satu hal yang perlu diketahui Ma’rifat telah banyak mengeluarkan biaya dan dana yang tidak sedikit untuk hobinya itu. Padahal mencari sebuah dinding bukanlah sebuah profesi yang diakui oleh banyak orang. Tentu banyak juga yang menganggap Ma’rifat sebagai orang yang depresi. Bagaimana tidak, umurnya sudah kepala tiga tapi sampai saat ini ia belum juga dipertemukan seorang istri. 

    Paras Ma’rifat sebenarnya cukup memadai untuk mendapatkan seorang istri, hal itu dibuktikan dengan jalinan percintaan dengan beberapa wanita dimasa lalu. Namun sangat disayangkan, hubungannya tak pernah berlanjut ketingkat pernikahan. Semua kisah percintaanya harus berhenti ketika orang tua dari wanitanya bertanya “Memangnya kamu bekerja sebagai apa ? PNS ? Dosen ? Pengusaha ? Polisi ? atau mungkin Tentara ?”. Lalu Ma’rifat menjawab “Saya pencari dinding, Pak”. Saat itu juga raut wajah kedua orang tua perempuan menjadi merah dan naik pitam. “Sialan, usir dia dari rumah ini sekarang juga !. Jaga dinding kita baik-baik, ia hanya ingin mencari cerita dari dinding kita, Ia musuh Negara !” Ujarnya.

    Penolakan tersebut membuat Ma’rifat harus vakum dari dunia percintaan dengan wanita. Sekarang fokunya adalah tetap mencari dinding-dinding yang belum pernah ia singgahi. 

    Sebenarnya, ketika menjalani profesinya itu ia hanya tertarik pada keunikan bentuk, warna, dan desain pada dinding. Setelah selesai mengamati, biasanya Ma’rifat langsung mengambil foto menggunakan kamera digitalnya. Anehnya, selama ia mengamati berbagai macam dinding, selalu ada warga sekitar atau pejalan kaki yang menghampirinya, entah itu untuk bercerita atau untuk memberikannya waspada.

    Pengalaman ketika mengunjungi sebuah dinding berwarna putih, misalnya. Saat itu ia tertarik pada dinding dengan warnanya yang sangat putih, padahal dinding tersebut terletak di pinggir jalan. Jika dipikir secara logika tentu akan ada debu atau mungkin bekas cipratan genangan air oleh kendaraan yang lewat. Akan tetapi, dinding itu bersih tanpa kotoran. Hal itu membuat Ma’rifat langsung menghidupkan kameranya lantas diabadikan. Karena penasaran dengan pemukaannya, ia mencoba meraba dinding tersebut. Tiba-tiba datanglah seorang pria dengan perkakas cat ditangannya. 

    “Dulu tuh dinding ini jelek banget, Mas. Banyak coretan-coretan kelamin manusia, bercak debu mirip sprema, dan tulisan-tulisan penggoda” Ujar Pria itu.

    Ma’rifat hanya terdiam heran dan memperhatikan tukang cat tersebut.

“Lama-kelamaan, pemilik dinding ini merasa malu dan takut. Saat itu juga dilakukan pengecatan secara berkala. Sehari sekali dicat, mas. Makannya jangan heran kalau dindingnya bisa putih bersih seperti ini” Ujar pria itu.

    Tapi cerita dinding putih itu bukanlah yang paling menarik. Selanjutnya, ia juga pernah mengunjungi sebuah dinding paling kokoh yang pernah ia lihat. Catnya berwarna seperti warna marmer. Di depannya terdapat pagar pembatas dengan panjang 2 meter dari dinding tersebut. Saat itu juga Ma’rifat langsung mengira bahwa ini adalah dinding yang bukan sekadar kokoh tapi juga mewah. Seperti biasa, Ia langsung menyalakan kamera yang digantungkannya pada leher. Namun, hasil jepretannya terlihat kurang bagus karena terlalu jauh. Ma’rifat menengok ke kanan dan kekiri untuk memastikan tak ada yang melihatnya. Setelah kondisi aman, Ia langsung melompat dari pagar pembatas untuk mengambil view yang lebih bagus.

    Waduh, hati-hati, Mas. Jangan terlalu dekat” Seorang petugas berteriak dari kejauhan.

Ma’rifat yang mendengar teriakan petugas itu langsung terkejut dan melompat ke daerah luar pagar. Sadar akan perbuatannya, Ia pun meminta maaf.

       “Maaf, Mas. Bukan maksud memarahi. Dinding ini mungkin terlihat kokoh, tapi sebenarnya sangat rentan runtuh. Saya takut nanti Masnya kenapa-napa” Kata Petugas itu.

    “Sekali lagi, saya minta maaf ya, Pak petugas” Ujar Ma’rifat.

    “Kegagahan pada dinding yang Mas lihat ini, sebenarnya hanyalah ilusi permainan warna saja. Dinding ini pernah beberapa kali runtuh. Lalu diperbaiki kembali oleh sisa-sisa usaha pemiliknya. Itulah sebabnya kenapa dinding ini dipagari”Tambah petugas itu. 

    Lalu masih ada lagi, ia pernah mengunjungi dinding yang bukan terbuat dari semen, marmer, ataupun beton tapi dinding itu terbuat dari anyaman bambu. Sejujurnya Ma’rifat tak tertarik kepada dinding anyaman itu, akan tetapi antrian panjang yang ada di dinding itu membuatnya penasaran. Ma’rifat pun mencoba menerka-nerka apa yang orang-orang itu rela megantri demi sebuah dinding dari anyaman bambu itu. Kebetulan ada seseorang yang baru saja selesai melihat dinding anyaman tersebut, lalu Ma’rifat bertanya kepadanya.

    “Saya juga tak tahu bagaimana cara menjelaskannya, Mas. Sulit diungkapkan dengan kata-kata. Saya sendiri juga tak tahu perasaan apa yang saat ini sedang saya alami. Mungkin gabungan dari perasaaan senang dan heran” Ujar orang tersebut. 

    Mendengar perkataan itu, Ma’rifat pun langsung masuk keantrian untuk mencari infomasi lebih detail. Antrian itu memakan waktu hampir dua jam untuk sampai ke giliran Ma’rifat. 

    Setelah hampir dua jam menunggu, akhirnya Marifat dapat gilirannya. Ternyata terdapat sebuah lubang seukuran kepalan tangan orang dewasa di dindig anyaman bambu itu. Karena lubangnya lebih pendek dari tubuh Ma’rifat, Ia harus sedikit membungkuk untuk mengintipnya. Ketika melihat dari lubang kecil itu, ia melihat sebuah pemandangan yang sangat indah. Pemandangannya juga sangat berbeda dari yang ada di luar dinding. Seperti biasa, Ia pun langsung menyalakan kamera untuk mengabadikan pemandangan tersebut. Namun sangat disayangkan, tak ada gambar apapun dikameranya, padahal baterai kameranya masih penuh saat itu.

    “Pemilik dinding ini tak mau ada yang menyebarkan segala pemandangan ini kepada orang-orang, Mas. Jadi itulah sebabnya kenapa kamera kamu tidak bisa menhasilkan gambar. Beruntung sampeyan bisa melihat secara langsung pemandangan dibaliknya. Sebab esok akan kembali ditambal lagi” Seseorang kakek datang menghampiri.

    Ma’rifat lantas bertanya “Kenapa ditambal ?, bukankah orang-orang senang melihatnya?”.

    “Lebih baik menjadi cacian warga karena kejelekan dinding ini daripada membuat membuat iri banyak orang nantinya” Ujar kakek tersebut.

    Itulah beberapa dinding yang pernah dikunjungim oleh Ma’rifat beserta ceritanya. Dan cerita itu juga lah yang membuatna terus ingin meneruskan hobi mencari dindingnya.  

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter