Judul : Sebuah Pertanyaan untuk Cinta
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 979-655-125-X
Tahun Terbit : 1996
Genre : Kumpulan Cerita
Penilaian : 3.8 / 5
Setelah sempat me-review buku Sepotong Senja untuk Pacarku karya pak Seno yang sempat booming pada tahun 2000-an karena tiga cerpen Trilogi Alina, kali ini saya akan membahas buku yang tak kalah kerennya yaitu buku dengan judul Sebuah Pertanyaan untuk Cinta.
Seperti biasa, buku ini saya dapatkan dari gudang tempat nenek saya tinggal. Jujur, sebagian besar buku yang saya review berasal dari sana. Walaupun bukunya banyak yang jadul tapi ceritanya bagus-bagus. Hal itulah yang memotivasi saya untuk menulis sebuah review untuk khalayak banyak, sebab sayang banget kalau cuma baca dan langsung ditaruh. Selain itu, mereview juga dapat mengasah kemampuan literasi yang saya miliki
Kembali pada topik, bicara tentang cinta memang tak pernah ada habisnya dan tentunya selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Bagi mayoritas dari kita menganggap bahwa cinta indentik dengan hal yang indah dan menyenangkan. Namun pada kenyataannya cinta seringkali menimbulkan suatu peristiwa yang pahit bagi pelakunya. Menurut sinopsis yang terterta di belakang buku ini, di dalam sebuah cinta selalu ada saja yang kurang pas dan cinta barangkali memang sebuah hal yang tak pernah ada akhirnya. Bahkan sekelas cinta yang telah mendapat label halalpun masih banyak ditemukan hal-hal yang kurang mengenakan.
Di buku ini kalian sama sekali tidak akan menemukan kisah cinta yang romantis seperti pada novel Dilan ataupun novel percintaan lainnya. Semua cerita di buku ini mayoritas menceritakan permasalahan cinta yang pada umumya banyak ditemukan di kota metropolitan. Permasalahan-permasalahan itu dikemas oleh Pak Seno melalui empat belas cerpen di dalamnya. Adapun judul dari keempat belas cerpen itu ialah, Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Empat Adegan Ranjang, Rahasia, Nocturno, Kasih & Sepatu Balet, Seorang wanita yang Menunggu Telepon Berdering, Dua Lelaki, Wanita di Muka Cermin, Lelaki yang Terindah, Gelang untuk Kaki Seorang wanita, Senja di Balik Jendela, Je t’aime, dan Malamnya malam.
Berbeda dengan cerpen-cerpen yang ada di buku Sepotong Senja untuk Pacarku yang mayoritas cerpennya banyak mengandung makna tersirat sehingga sulit untuk menyerap arti dari isi ceritanya, cerpen di buku ini mudah sekali untuk dipahami dan tentunya yang paling menarik adalah pada bagian akhir setiap ceritanya yang selalu menyajikan kejutan tak terduga. Di buku ini, mayoritas ceritanya selalu diakhiri oleh klimaks yang menurut saya menakjubkan. Jika diumpamankan sebuah grafik, pada awal setiap cerita grafiknya lurus mendatar lalu ketika sudah menjelang akhir cerita, grafik permasalahannya langsung melejit keatas. Dan klimaks itu dideskripsikan oleh Pak Seno dengan satu paragraf yang sederhana.
Sekadar informasi untuk kalian yang umurnya masih dibawah tujuh belas tahun, sebaiknya tidak dianjurkan untuk membaca buku ini sebab banyak cerita kurang etis jika dibaca oleh anak-anak.
Posting Komentar
Posting Komentar