Judul : Dua Dini Hari
Penulis : Chandra Bientang
Penerbit : Noura Books
Tahun Terbit : 2019
ISBN : 978-602-385-958-0
Rating ;3.82/5
"Tiga anak jalanan ditemukan tewas, tergantung di pinggir flyover kawasan Jatinegara. Satu mayat menyusul, kali ini terlilit kabel tiang listrik"
Mengisi liburan kuliah saat pandemi adalah hal yang sangat membingungkan. Apalagi kalau liburannya satu bulan. Kepingin pergi keluar rumah untuk refereshing, tempat wisatanya pastilah ditutup. Jalan-jalan juga banyak yang disekat oleh aparat dan baru dibuka pada malam hari. Berangkat dari kebingungan itulah saya memutuskan untuk mengalihkan uang liburan untuk membeli buku saja, salah satunya adalah buku ini.
Bertemakan Urban Thriller, novel ini mengangkat misteri kasus pembunuhan para gelandangan di kawasan Jatinegara. Secara garis besar alur cerita dibawakan oleh dua tokoh yang berbeda, yaitu Elang dan Kanti. Elang sendiri ialah seorang taruna kepolisian dan Kanti adalah seorang mahasiswi jurusan Desain komunikasi Visual. Mereka berdua sama-sama sedang mengambil cuti. Melalui mereka berdualah saya akan membahasnya lebih lanjut sedikit isi dari buku ini.
Saat cuti belajarnya sedang berlangsung, Elang ikut bersama Bapaknya, Bripka Ranggalawe untuk membantu mengerjakan hal-hal ringan di kantor kepolisian. Berawal dari situlah ia mengetahui kasus pembunuhan tiga bocah gelandangan. Rasa penasaran membawa dirinya bertekad untuk mengetahui lebih kasus tersebut, namun ia tidak diizikan oleh ayah dan pegawainya. Karena informasi yang didapat dari kantor bapaknya sangat minim maka Elang memberanikan diri untuk terjun langsung mengetahui bahkan berencana mengungkap pembunuhan tersebut.
Disela-sela pencarian fakta kasus pembunuhan yang sedang didalami oleh Elang, Kanti yang tinggal sendiri dikosan merasakan ada hal-hal janggal disekitarnya. Seperti rumah kosong yang lampunya selalu mati dan menyala saat tengah malam, suara-suara aneh, dan kiriman paket yang berisi ayam yang sudah disembelih. Jadi Kanti bisa dibilang seorang saksi terhadap kejadian pembunuhan yang ada.
Selain Elang dan Kanti, terdapat tokoh-tokoh pelengkap juga seperti, Pemilik toko Roti Alwija, Ali pemilik kedai kopi, Dayat pemilik kos, Dokter Muliadi, Sutono dan Ben.
Pembawaan cerita pada Novel Dua Dini Hari menggunakan sudut pandang orang ketiga. Saya suka sekali pada pembawaan cerita yang ditulis secara puitis pada buku ini. Pembawaannya yang puitis tersebut membuat atmosfer membaca jadi lebih menegangkan dan penasaran. Plot twist yang dihadirkan juga lumayan susah ditebak. Namun dilain sisi ada beberapa bagian cerita yang langsung lompat jauh, bahkan ada juga bagian cerita yang kurang relevan dari bagian-bagian sebelumnya.
Walaupun cerita yang dihadirkan berbentuk fiksi, Dua Dini Hari banyak merefleksikan tentang abuse of power yang dilakukan oleh aparat dan para petinggi di negeri ini dalam menyelesaikan masalah. Penulis juga banyak menyelipkan sindiran-sindiran kepada kepolisian dalam tugasnya melayani dan mengayomi masyarakat.
Posting Komentar
Posting Komentar