Judul : Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam
Penulis : Dian Purnomo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2020
ISBN : 9786020648453
Ratting : 4.65 / 5
"Ketika budaya memenjarakan hati Magi yang meronta, dia harus memilih sendiri nerakanya: Meninggalkan orangtua dan tanah kelahirannya, menyerahkan diri kepada mata keranjang, atau mencurangi kematiannya sendiri"
Akhirnya setelah hampir enam bulan tidak menulis sesi Review Buku, tibalah kembali hasrat untuk menulis lagi. Maklum masih belum konsisten memang orangnya, padahal buku yang dibaca sudah lumayan banyak. Semoga saja kedepannya bisa lebih konsisten lagi untuk update sesi Review Buku.
Ekspektasi ketika melihat cover dan judulnya adalah bahwa buku ini akan bercerita tentang kisah asmara anak SMA yang gagal menjalin hubungan. Namun ternyata itu salah besar setelah saya membaca resensinya di laman Good Reads. Buku ini lebih dari itu.
Jadi secara garis besar buku ini menceritakan tentang kisah tragis seorang gadis dengan nama lengkap Magi Diela. Ia tinggal di daerah Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur yang mana daerah tersebut masih kental dengan adat dan istiadat. Isi ceritanya hampir mirip dengan cerita Siti Nurbaya, namun lebih kejam kalau menurut diri pribadi. Lalu hal apa yang membuat ceritanya lebih kejam ?. Jawabannya adalah Yappa Mawine. Yappa Mawine sendiri merupakan suatu adat yang ada di Sumba dimana seorang wanita diculik dan dipaksa untuk menerima lamaran Si Pria. Biasanya hal ini dilakukan karena mahar yang pasang oleh pihak keluarga perempuan sangat besar sehingga Si Pria tidak mampu untuk memenuhinya. Jadi diambilah jalan pintasnya dengan Yappa Mawine ini. Mau tidak mau kesepakatan mahar ditentukan oleh pihak pria. Waduh kalau begini perempuan jadi alat transaksi dong ya.
" Magi Diela merasa sangat rendah layaknya seekor binatang, Ditarik-tarik, dinaikan ke kendaraan untuk dibawa dari satu tempat ke tempat lain Binatang akan ditikam untuk dijadikan persembahan upacara dan pada akhirnya masuk perut manusia. Magi membayangkan bahwa dia juga sedang ditikam harga dirinya" (Hal.42)
Magi dipaksa menikah oleh seorang lelaki bejad bernama Leba Ali. Ia tidak hanya diculik tapi juga disiksa dan diperkosa olehnya. Ditambah lagi ia juga harus menerima stigma sosial negatif dari masyarakat desa hanya karena melanggar adat dan istiadat Sumba. Hal itu tentu membuat Magi tak hanya mengalami luka fisik tapi juga luka psikis yang mendalam.
Konflik dan usaha Magi dalam melewati cobaan adalah poin yang menarik. Melalui perjalanan konflik yang dialami oleh Magi Diela, isi cerita yang disuguhkan sukses membuat saya terbawa kedalam suasana emosi yang bercampur. Kecewa, marah, dan sedih semuanya ada pada buku ini. Jadi tidak perlu dipungkiri lagi bahwa buku ini mendapat ratting yang tinggi. Sedikit informasi saja, semua cerita yang ada merupakan cerita yang diambil dari kisah nyata yang dilihat sendiri oleh Mbak Dian.
Selain isi cerita yang bagus, Buku ini juga menjelaskan banyak hal tentang adat dan budaya yang ada di Sumba. Jadi bisa dapat tambahan wawasan kebudayaan Indonesia. Namun dilain sisi ada satu hal yang membuat saya agak sedikit tricky saat membaca buku ini, yaitu dialog yang disajikan menggunakan bahasa Sumba. Tapi jangan khawatir karena beberapa istilah dijelaskan melalui foot note.
Buku ini banyak merefleksikan tentang persekusian perempuan yang dihadirkan oleh adat dan budaya. Betapa mereka (penduduk setempat) membuat pembenaran atas semua kekejian dengan mengacu pada aturan leluhur yang telah dibuat selama ratusan tahun lalu. Melalui buku ini kita bisa belajar bahwasannya tidak semua budaya lokal harus dipertahankan keadaannya. Apalagi jika sudah melukai kehidupan perempuan. Mungkin segitu dulu Review Buku kali ini, semoga bisa menjadi referensi bagi kalian yang ingin membeli buku.
Posting Komentar
Posting Komentar