Judul : Si Putih
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2021
ISBN : 9786020652252
Rating : 4.2 /5
"Bagaimana jika hewan kesayangan kalian ternyata hewan dengan kekuatan terbesar di dunia paralel ? Bagaimana jika hewan yang terlihat imut, menggemaskan, ternyata bisa menjadi salah satu petarung paling hebatt?"
Tidak terasa buku ini sudah sampai pada serial ke-sepuluhnya. Dari semua buku yang ditulis oleh Tere Liye ini, hanya "Si Putih" lah yang saya beli dengan uang sendiri. Sisanya, saya harus meminjam ke sana- kemari untuk mengetahui kelengkapan ceritanya. Padahal akan jadi sesuatu yang menarik jika mempunyai semua cetak fisiknya.
Dengan terbitnya buku "Si Putih" ini, kita akan mengetahui klan terbaru di dunia paralel, yaitu Klan Polaris, tempat dimana Si Putih hidup sebelum menjadi peliharaan Raib. Berbeda pada buku-buku sebelumnya yang kerapkali menampilkan tokon iconicnya (Raib, Seli, dan Ali), petualangan kali ini akan dibawa oleh karakter Bernama, N-ou.
Sedikit spoiler, petualangan N-ou dimulai ketika pandemi melanda Klan Polaris. Para ilmuan yang telah banyak belajar dari bencana Pandemi beratus-ratus tahun lalu mengantisipasinya dengan cara membelah bagian wilayah klan Polaris menjadi dua bagian. Bagian kedua wilayah tersebut adalah wilayah kosong tanpa penduduk, hal itu ditujukan untuk mengevakuasi penduduk yang belum tertular virus mematikan. Nahasnya, N-ou terinfeksi virus sehingga tidak bisa ikut pergi ke wilayah baru bersama dengan kedua orangtuanya.
Virus-virus di tubuhnya cepat sekali memberikan efek yang buruk pada kondisi kesehatan N-ou. Ia pun memutuskan beristirahat pada sebuah gedung. Di gedung tersebut, N-ou menemukan seekor kucing putih yang terjepit reruntuhan puing bekas kekacauan. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia pun memutuskan untuk menyelamatkan kucing tersebut. Kucing itu pun berhasil diselamatkan. Akan tetapi kondisi N-ou semakin memburuk.
Tak disangka-sangka kucing yang Dia selamatkan tadi, membalas budi dengan merawat N-ou yang hampir mati. Kucing itu memberi minum, makan, bahkan sampai mencarikannya selimut pada malam hari. Perjuangan kucing itu tidak sia-sia, N-ou berhasil pulih dari penyakit yang menjangkitnya. Namun ketika ia pulih tidak ada satupun manusia di wilayahnya yang berhasil hidup. Hanya menyisakan N-ou dan Kucing berwarna putih.
Setelah kepulihannya, N-ou memutuskan untuk mencari cara agar bisa melewati dinding pembatas. Bersama dengan teman barunya, Si Putih. Mereka berdua menghabiskan waktu lima tahun lamanya untuk mencari celah dinding pembatas itu, sayangnya perjuangan mereka sia-sia. Dinding buatan ilmuan klan Polaris sangat canggih, tak ada kecacatan sedikitpun. Alhasil mereka berdua memutuskan untuk pergi ke arah timur untuk menjelajahi klan Polaris.
Dari keputusan itulah, petualangan baru mereka dimulai. Selama perjalanan, N-ou dan Si Putih banyak menemukan hal-hal baru yang tidak pernah diketahui oleh penduduk kota modern. Mereka bertemu Suku Petani, Penduduk Kota Mah-rib, Pengendali Hewan, dan puncaknya adalah Kota E-sok. Tak hanya itu saja, petualangan ke arah timur mengungkap diri N-ou yang ternyata memiliki kekuatan sebagai Pengendali Hewan.
Kesan Membaca
Cerita yang dihadirkan cukup unik dan kreatif. Itu dibuktikan dengan cara penulis yang bisa mengembangkan latar musibah pandemi sebagai bahan pengembangan ide. Selama proses membaca, saya merasa tak sabaran ingin mengetahui kejutan peristiwa yang akan dihadirkan. Walaupun ada beberapa bagian yang menurut saya agak boring karena isinya hanya menceritakan rutinitas rombongan N-ou yang hanya menatap pemandangan luar, makan, dan beristirahat. Namun, dengan adanya beberapa frasa seperti "..tapi hanya soal waktu dia akan tahu bahwa dia memiliki kekuatan unik.", atau "..Dia melihat apa ?" membuat rasa penasaran saya naik dan kembali membaca dengan antusias.
Melalui buku ini, beberapa pertanyaan seputar asal-muasal dan perjalanan hidup peliharaan Raib menjadi terungkap. Namun harapan saya untuk mengetahui bagaimana cara Si Putih bisa sampai ke tangan Raib tidak dihadirkan dalam buku ini. Lagi dan lagi, Tere Liye membuat saya tergoda untuk membaca cerita selanjutnya, yaitu "Bibi Gill".
Pesan Moral
Rasanya, membaca akan menjadi sia-sia jika kita tidak dapat memetik pesan moralnya. Walaupun buku "Si Putih" ini hanyalah sebuah karangan fiktif, di dalamnya banyak terkandung kutipan pelajaran yang bagus untuk direnungkan. Setelah selesai membaca, secara keseluruhan buku ini banyak menyinggung perbuatan manusia terhadap lingkungan dan alam sekitar. Berikut adalah beberapa kutipannya "
"Hari ini kita memasang lampu canggih itu, mereka menyebutnya listrik. Besok kita membendung sungai. Mengeduk tanah, memotong gunung. menghancurkan semuanya. Keseimbangan alam liar rusak. Hewan-hewan marah. Virus itu bermutasi" (Hal 124)
"...Aku tidak pernah menyukai kota-kota dengan teknologi sialan itu. Merekalah yang merusak alam sekitar dan membawa petaka bagi seluruh klan.."(Hal 125)
"..Mereka punya alasan kuat. Manusia merusak keseimbangan alam. Kota-kota modern itu menghabisi banyak lahan, mengeduk tambang, menghisap sumber daya. Hutan-hutan ditebang. Tanah dilubangi" (Hal 136).
"...Sama saja. Jika teknologi itu tidak ditemukan toh semua baik-baik saja. Manusia bisa hidup dengan baik bersama alam tanpa teknologi apapun. Tidak menggangu hewan-hewan" (Hal 136)
".. Tumbuhan. Mereka juga penting. Dunia ini tidak semata-mata tentang manusia..." (Hal 315)
Itulah beberapa kutipan yang menurut saya apik dan patut direnungkan. Mungkin segitu saja pemahasan buku Si Putih ini. Semoga bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan membeli buku. Jika ada saran dan kritik silahkan penuhi kolom komentara atau bisa juga langsung via Email yang tertera. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyampaian.
Posting Komentar
Posting Komentar