Wanita yang sedang duduk di hadapan dia sekarang adalah seseorang yang paling dicintainya. Berhubungan selama dua tahun lebih tak pernah bosan bagi seorang Alden untuk terus memandangi setiap lekuk wajahnya yang begitu mempesona. Sekalipun cara memakan bakso si wanita yang terlihat begitu aneh karena menuang begitu banyak sambal di mangkuknya.
"Cepat dimakan baksonya, nanti keburu adem lho."Ujar si wanita yang bernama Martha itu.
Alden tentu menuruti perintahnya. Namun di pertemuan kali ini, makannya tak selahap wanita di depannya. Dia tak langsung memakan bakso-bakso yang sebenarnya bisa langsung di lahap dengan sekali suap itu dan memilih untuk mencacah bakso yang dia punya menjadi potongan lebih kecil. Hal itu dilakukan Alden demi mengulur waktu dalam rencannya menyusun kata-kata yang tepat. Kata-kata untuk mengungkapkan sesuatu yang sudah lama dia pendam.
Bakso itu kini sudah terpotong menjadi bagian yang lebih kecil. Dia sadar bahwa Martha memperhatikan gerak-geriknya selama memotong. Tak mau terlihat mencurigakan, Aldan pun mulai menyuap potongan itu. Dia sudah mendapatkan kata-kata yang tepat tapi dia mengurungkan niat untuk mengeluarkannya. Tidak, ini bukanlah waktu yang tepat. Bisa saja Martha tersedak kuah pedas karena kata-kata yang telah disusun oleh Alden.
Keringat terlihat keluar dari pipi mulus Martha. Dia mengibas-mengibas tangannya demi mengekspresikan rasa panas yang ditimbukan oleh cabai. Sementara wajah Alden masih kering. Dia memang tidak memasukan sambal ke kuah baksonya, namun hatinya begejolak panas bagai menyantap satu mangkuk sambal dan semakin panas jika dia membayangkan semua kejadian itu benar terjadi.
Alden pun menyudahi santapannya, Dia tak lagi berselara. Diambilnya sehelai tissue toilet yang disulap menjadi tissue makan itu dan mengelap sisa-sisa minyak pada bibirnya. Mungkin sebatang rokok lebih baik untuk meredam amarah yang sedang bergejolak sekarang.
"Kenapa nggak dihabisin ?. Mubazir tau". Alden tidak membalas dan memilih melanjutkan menghisap rokoknya. "Oh iya ngomong-ngomong, bakso disini enak banget. Mungkin ini yang terenak dari tempat-tempat yang pernah kita kunjungi sebelumnya" Martha masih berusaha mendapatkan perhatian dari Alden, tapi ternyata itu tidak merubah banyak. Alden hanya melempar senyum, sebuah senyum yang palsu.
"Tha" Sepertinya ini waktu yang tepat untuk Alden memulai pembicaraan karena Martha telah selesai menghabiskan makanannya. Baru satu kata, tapi itu sudah membuat tenggorokannya cekat.
"Ya ? Ada masalah apa lagi kali ini ?" Tak lama bagi Martha untuk menyadari bahwa topik pembicaraan akan mengarah pada hal yang serius. Sederhana, jika panggilan 'Byy'-nya sudah diganti dengan sepenggal nama maka harus ada sesuatu yang diselesaikan.
Alden mengusap wajahnya dan menghela nafas sejenak, mencoba agar bisa menahan semua gejolak yang ada di hatinya. "Kita udahan aja ya".
"Are you serious?. Kita udah dua tahun loh dan ga ada hujan, ga ada topan, kamu minta putus. Aku ga akan terima sebelum kamu jelasin alasannya" Ujar Martha dengan suara yang begitu lantang. Beruntung kedai bakso itu sedang tak ramai pelanggan.
"Alasannya sederhana. Aku gagal jadi pasangan kamu. Selama ini, sebenernnya aku sudah tau kalau kamu banyak jalan dengan laki-laki lain. Mungkin itu bisa aku maklumi karena sudah menjadi hal wajar bagi seorang wanita cantik sepertimu dan aku anggap itu hak kamu juga berteman dengan banyak orang. Tapi kasusmu dengan Reynal ke sebuah apartmen sudah cukup membuatku menyadari bahwa hubungan ini tidak sehat lagi."
"Kamu dapat gosip itu darimana? Apa buktinya?" Bela seorang Martha sambil menahan air matanya yang sudah hampir meluber dari kelopak mata.
"Cukuplah mata kepalaku sendiri sebagai bukti. Aku dapet orderan mengantar makanan di gedung itu dan tak sengaja melihat kamu bersama Reynal masuk ke sana. Sepertnya sudah tidak perlu ada penjelasan lagi, itu sudah cukup jelas. Maaf ya"
Martha tak kuasa menahan tangis. Air matanya pecah dan mengalir ke permukaan pipi. Dia masih tidak percaya kata-kata tadi. Tentu Martha ingin sekali memberi pembelaan tapi hatinya sudah terlanjur pilu.
"Sekali lagi aku minta maaf. See you on top" Ujar Alden lalu meninggalkan Martha sendirian.
Kini hati Alden menjadi lega karena sudah mengungkapkan apa yang membuat dirinya resah. Dia bebas tanpa hubungan dan itu bisa membuka peluang berpacaran dengan Samantha, perempuan selingkuhannya.
Posting Komentar
Posting Komentar