Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Cerpen: Senang (Sekali)



    Entah mengapa hari ini Aku merasa ada yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pagi ini, Aku bangun lebih awal dari sang surya. Duduk dan menatap ke arahnya dengan secangkir kopi pahit yang masih begitu hangat. Tujuannya sederhana, Aku hanya ingin memberitahu kepada sang surya bahwa kali ini aku lebih unggul darinya. Walaupun bukanlah perkara mudah bagiku agar bisa bangun sepagi ini. Akan tetapi ada usaha tentu ada bayarannya. Aku pikir udara sejuk di ibu kota adalah hal yang mustahil adanya, namun ternyata itu salah. Udara sejuk di ibu kota ternyata masih cukup melimpah dan itu merupakan bayaran yang setimpal.

    Akhirnya yang ditunggu-tunggu perlahan menunjukan keperkasaannya. Cahaya kuning yang begitu terang mulai mewarnai mega-mega ibu kota. Ah, ternyata ada yang ingin mencoba menyaingi keagungan dari senja, yaitu pemandangan surya pagi. Harus aku akui bahwa dia mempunyai satu keunggulan, yaitu kehangatannya yang menyapu aura-aura negatif pada tubuh dan itu membuat hati menjadi lebih berwarna.

    Seketika bunyi notifikasi dari ponsel memecah takjubku pada pagi. Aku pun melihat layar demi mengetahui isi pesan dan identitas pengirimnya. Itu adalah ucapan selamat pagi dari orang yang sangat kucintai akhir-akhir ini. Siapa lagi kalau bukan pacarku, Sophia. Wanita yang sudah kuincar sejak tujuh tahun lalu itu kini peduli sekali denganku.

    Namun waktu terus bergulir. Segera aku habiskan kopi dengan cepat dan segera pergi meninggalkan apartemen. Sebagai pimpinan baru yang akan menahkodai perusahaan, tentu haram hukumnya untuk datang terlambat. Setidaknya, para staf dan karyawan percaya bahwa aku memang layak menjadi seorang pimpinan perusahaan.

    Di lobby parkir apartemen terparkir sebuah mobil sedan berkelir silver. Itu adalah mobil yang diberikan perusahaan sebagai kendaraan operasional. Aku pakai mobil tersebut untuk pergi ke kantor. 

    Di dalam mobil Aku merasa nyaman sekali. Kursi kulit mahal yang begitu empuk dan pendingin ruangan  membuatku menjadi tambah bersemangat. Kutancap pedal gas secara perlahan, mobil sedan yang kukendarai kini melaju keluar dari lobby parkir dengan elegan. Ternyata seperti ini kebanggaan menjadi seorang yang berkecukupan . 

    Telpon genggamku kembali berdering, aku hubungkan telpon masuk tadi ke perangkat lunak pada mobil dan segera kuangkat. Terdengar suara yang begitu anggun. "Halo sayang. Sudah berangkat ?." . dan aku pun hanya menjawab singkat "Iya". Bukan, itu bukanlah Sophia. Itu Emma, wanita simpananku yang kudapat ketika berkunjung ke bar. Sophia memang cantik tapi sayang dia terlalu kaku untuk urusan nafsu. 

    Satu hal yang Aku baru sadari ketika menjadi lelaki yang terpandang. Ialah konsep nyata tentang harta, tahta, dan wanita. Namun Aku tempatkan tahta pada urutan pertama. Singkatnya seperti ini, kejarlah tahta maka hartamu akan berlimpah. Jika harta telah melimpah maka kalian boleh mempermainkan wanita. Dalam kasus ini, Aku tidak bisa memaksa Sophia untuk melayani nafsuku, sehingga aku mencari jalan keluar dengan mencari wanita yang mau melakukan hubungan badan. Tidak, itu bukanlah sebuah penghianatan. Lagipula, Sophia tidak mengetahuinya dan Emma pun memaklumi bahwa laki-laki adalah makhluk yang haus seks. Bagiku penghianatan hanya akan ada jika semuanya sudah terbongkar. 

    Aku melupakan lamunanku tentang Emma dan kembali fokus memandang ke arah jalan yang penuh dengan kesibukan. Lihatlah di luar sana, para wajah pengendara motor sudah terkena debu yang menjijikan. Lalu, ada juga ada mobil transportasi yang penuh sesak karena terlalu banyak penumpang. Beruntung sekali aku sudah melewati masa-masa itu. 

    Beberapa meter di depan terlihat lampu merah menyala. Di samping lampu tersebut terdapat LCD yang menampilkan durasi lampu merah. Terpampang jelas angka 61 detik dan terus berhitung mundur. Aku gunakan waktu satu menit itu untuk merencanakan kebahagiaan nanti malam. Barangkali mencari bar yang lebih banyak wanita-wanita penjaja yang lebih muda dari Emma atau aku hambur-hamburkan saja uang yang kupunya untuk beli kendaraan baru lagi. 

    Bayang-bayang rencana itu membuat hatiku menjadi terlarut-larut dan lupa pada sebuah teriakan di luar mobil.

    "Hei !!! Disini ada satu korban. tubuhnya terjepit kemudi mobil" 

    Pandanganku menjadi kabur begitupun dengan rencana-rencanaku. 

    

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter