Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Cerpen: Demi Samantha

   

    Dia masih sibuk  menatap gawai pintarnya, orang-orang mungkin akan menganggap Alden sebagai pria yang gila karena tersenyum-senyum sendiri sejak setengah jam yang lalu. Apalagi sebabnya kalau bukan karena notifikasi pesan singkat yang terlampau cepat masuk ke gawainya. Mirip petani jagung yang sedang mengupas pelepahnya, kedua ibu jari Alden menari di atas layar demi mengupas sebuah topik untuk bahan pembicaraan. 
    Setelah hampir satu minggu melajang tanpa kasih sayang, Alden kini sedang dekat dengan wanita bernama Samantha, teman satu angkatannya di kampus. Seorang wanita yang kecantikannya bahkan diakui satu universitas. Dulu, hubungan dirinya dengan Samantha hanya sebatas teman mengobrol tapi tanda-tanda chatting yang intens akhir-akhir ini memunculkan sebuah pertanda bagi Alden untuk  melanjutkan ke hubungan yang lebih serius. 
    Di ruang pembicaraan digital akunnya, Samantha begitu senang dengan topik-topik yang di berikan oleh Alden. Jika topik itu terkesan lucu maka Dia akan memberikan sebuah emoticon tertawa, jika topik itu dibawa ke suasana pilu maka dikirimnya sebuah emoticon sedih, begitupun dengan belasan emoticon lainnya.  Fitur yang cukup membantu Samantha untuk menutupi ekspresi datarnya saat membalas pesan dari Alden.
    Tidak mau menyia-nyiakan pertanda tadi, Alden memberanikan diri untuk mengajak Samantha berkencan di sebuah restoran bintang lima. Demi rencananya itu, sudah satu minggu ini dia rela makan tempe dan telur. Merasa masih ada yang kurang, Dia juga memutuskan meminjam mobil yang lebih bagus di sebuah rental. Semuanya dia lakukan demi Samantha.
    Usaha tidak pernah menghianati hasil, itulah sekiranya pepatah yang cocok untuk Alden saat ini. Samantha dengan senang hati menerima tawarannya. Mendengar persetujuan yang diberikan Samantha, ingin rasanya Alden mempunyai kekuatan mempercepat waktu demi segera bertemu dengan calon pujaan hatinya. 
    Malam yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan mobil sedan berkelir merah Alden menjemput Samantha di kediamannya. Cuaca kala itu cukup cerah, bintang-bintang betebaran dan berkerlip terang memenuhi seluruh mega, seolah mengerti akan ada manusia yang bahagia hari ini. Senyum pun terlihat menghiasi raut wajah Alden di sepanjang jalan. 
    Sesampainya di sana, Alden menekan tombol klakson pada kemudi. Tak lama berselang, wanita itu terlihat keluar dari balik pagar. Melambaikan tangan kepadanya sebagai tanda selamat datang. Alden memberhentikan mobilnya dan langsung keluar demi membukakan pintu bagi puan terhormat dan tersayang. 
    "Hai, Tha. Silahkan masuk."Kata Alden. 
    Samantha tidak menghiraukan perkataan Alden tadi dan langsung nyelonong masuk ke dalam mobil karena takut ada terpaan angin yang datang secara tiba-tba dan menghancurkan tatanan rambutnya. Wajar saja, dia telah menghabiskan waktu enam jam untuk itu.
    Pedal gas ditekan, mobil itu melesat gagah dengan suaranya yang mengelegar. Membelah hiruk-pikuk jalanan. 
    "Gimana harimu hari ini, Tha?." Alden mencomot sembarang topik
    Sementara itu Samantha masih menatap layar gawai pintarnya dan baru menjawanya beberapa saat kemudian "Hah?. Oh. Baik kok baik". 
    Usaha mencari topik di mobil terus dia lakukan. Namun Samantha masih terus fokus dengan layar handphone-nya. Kalaupun  direspon  itu tak pun tak jauh dari kata "Ya" dan "Tidak". Entahlah apa yang sedang dilakukan Samantha di sana, yang jelas wajahnya terlihat senang dengan benda persegi itu. 
    Wanita itu masih terus memandangi ponselnnya ketika sampai di lokasi resto yang dituju. Hanya beberapa saat dia berhenti melakukan hal itu. Lalu kembali melanjutkanya saat duduk di kursi yang  sudah dipesan oleh Alden. Begitu seterusnya sampai akhirnya Alden menyerah mengupas sebuah topik. Dia lapar dan memilih memakan hidangan yang dipesannya. 
    "Alden, maaf ya tapi aku tidak bisa memesan makanan di sini. Seseorang telah menjemputku"Ujar Samantha.
     Ada segudang kata-kata yang sebenenarnya ingin dia keluarkan akan tetapi dia lebih memilih sebuah kalimat. "Oh, baiklah. Hati-hati".
    Samantha bergegas pergi. Meninggalkan Alden sendiri yang kini sedang bernostalgia dengan sosok wanita yang penuh dengan perhatian dan pembicaraan hangat di kedai bakso. 
  
~~~
Saya sarankan untuk baca juga cerpen "Kita Udahan Aja Ya" 

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter