Hari Sabtu, hari yang ditunggu-tunggu para kaum muda-mudi merencanakan pertemuan dengan pasangannya. Begitu pun dengan Okta dan Rangkuti. Dua pria yang sama-sama mempunyai niat untuk bertemu dengan kekasihnya masing-masing. Namun, Okta dan Rangkuti adalah dua lelaki yang mempunyai latar belakang ekonomi yang berbeda. Okta merupakan seorang pegawai negeri yang begitu mapan. Hal itu bisa dilihat dari gaya hidupnya yang serba surplus. Walapun cara berpakaiannya begitu sederhana, sepertinya para wanita disekitar dapat menerka dengan baik kemapanan Okta hanya dengan melihat mobil yang dimilikinya. Sebuah mobil sedan Mercedes. Sedangkan Rangkuti hanyalah pelayan resto yang hidupnya serba pas-pasan.
Menjelang malam hari, masing-masing dari mereka telah bersiap untuk pergi menemui kekasihnya. Dualitas yang berlawanan pun diperlihatkan. Okta memakai kemeja katun yang begitu elegan dan keeleganannya dapat dirasa dengan indra penciuman ketika parfum ratusan rupiah disemprotkan di beberapa titik badannya. Di sisi yang lain, Rangkuti juga memakai kemeja dan parfum. Hanya saja dia membelinya di pasar loak dan parfumnya dibeli di supermarket.
Okta telah berangkat dari apartemennya lebih dulu dengan menggunakan mobil sedan yang dia miliki. Sedangkan Rangkuti harus menunda keberangkatannya karena lupa menghitung-hitung uang yang dia miliki. Ada dua lembar uang di dompet Rangkuti, Satu lembar seratus ribu dan satu lembar lima puluh ribu. Dia pun membagi-bagi uang itu di kepalanya, uang untuk makan bersama kekasih, uang untuk biaya bensin, dan uang untuk keinginan mendadak kekasihnya. Ketika sudah dirasa cukup barulah Rangkuti mulai menancap gas motornya untuk menjemput sang kekasih.
Di perjalanan dalam penjemputan itu, masing-masing dari mereka tak henti-henti memikirkan hal-hal menyenangkan bersama kekasihnya. Senyum tipis sesekali terlihat pada raut wajah mereka berdua. Seperti itulah memang cinta, bisa membuat orang bahagia tak karuan. Namun ada hal yang mereka lupakan bahwa ada yang membatasi kebahagiaan, yaitu waktu. Dan sangat tidak disangka-sangka bahwa waktu akan memberikan kebahagiaan yang begitu cepat.
Di saat yang bersamaan Okta dan Rangkuti diperlihatkan oleh peristiwa yang membuatnya sakit hati. Waktu itu mobil Okta diberhentikan karena lampu lalu lintas yang sedang bernyala merah. Dua puluh detik adalah waktu yang begitu singkat untuk Okta melihat penghianatan perempuannya yang sedang di bonceng oleh lelaki lain tepat di samping mobilnya. Dia berniat untuk membuka kaca mobil dan menegur perempuannya itu akan tetapi dia urungkan niatnya dan memilih untuk memutar balik kendaraannya menuju ke arah yang lain. Dengan perasaan kecewa Okta menancap gas dengan brutal agar cepat sampai ke tujuan yang Ia inginkan. Sebuah tempat dimana ia bisa bercerita dengan bebas sambil meneteskan air mata.
Di sisi lain, di saat Rangkuti sudah berniat memarkirkan motornya tepat beberapa langkah di rumah perempuannya, terlihat sebuah mobil sedan mercedes telah lebih dulu terparkir. Tak lama, seorang pria berpakaian elegan menghampiri rumah kekasih Rangkuti. Melihat kenyataan itu, Rangkuti memilih untuk pulang dengan kesedihan.
~
Posting Komentar
Posting Komentar