Aku rasa semua orang di Jakarta sudah sepakat bahwa bagian Utara Jakarta adalah bagian ibukota yang sangat keras kehidupannya dan barangkali beberapa orang bahkan segan untuk berkunjung ke sini. Akan tetapi aku telah lahir di sini dan sialnya aku harus ditakdirkan untuk menjadi pecundang. Menjadi pecundang dan ditinggal di Jakarta Utara merupakan derita batin yang paling buruk.
Delapan belas tahun sudah aku tinggal di Jakarta Utara namun hanya sedikit hal yang aku ketahui tentangnya. Apalagi kalau bukan cuaca panas yang hampir tiap-tiap hari menyengat kulit, lalu-lalang truk-truk kontainer, dan kabut debu yang tidak pernah absen menempel di pori-pori wajah. Lalu yang mungkin tidak bisa akan aku lupakan adalah laut dekat rumahku yang airnya berwarna hitam pekat seperti oli dan memang tercemar karena limbah oli nelayan-nelayan sekitar.
Saat ini aku duduk di kelas tiga SMA dan tetap menjadi pecundang di sekolah. Seperti di jenjang-jenjang sebelmunya, aku duduk paling depan tanpa ada rekan sebangku yang dapat di jadikan teman. Selama menjalani pendidikan di Jakarta Utara selalu saja ada kejadian baru tentang kenakalan remaja yang aku lihat secara langsung. Di sekolah dasar aku pernah menemukan teman sekelasku yang tiba-tiba saja tergeletak di warung dekat sekolah karena menenggak terlalu banyak pil Tramadol. Di Sekolah Menengah Atas ini beberapa hari lalu tidak sengaja aku memergoki sepasang siswa dan siswi yang berciuman di toilet pria. Bagusnya mereka berdua tahu bahwa aku adalah seorang pencundang sehingga mereka tidak perlu cemas perlakuaanya akan dilaporkan olehku.
Tidak ada yang aku sukai di sekolah selain pulang cepat-cepat ke rumah dan bermain gitar di tepi pantai sambil menikmati senja perlahan padam. Akan tetapi, hari ini ada peristiwa yang menghambat agenda tersebut. Saat sedang asik-asiknya mendengarkan lagu The Beatles melalui earphone di parkiran, sayup-sayup aku mendengar suara perempuan yang mencoba berbicara denganku. Aku pun reflek melepas earphone.
"Aku bilang apa itu lagu The Beatles?" Ujar wanita di depanku, mungkin dia telah beberapa kali berkata seperti itu.
"Iya" singkatku.
"Aku hanya tau lagunya yang Hey Jude. Boleh minta rekomendasi lagu The Beatles yang enak gak selain itu ?"
Sial, jujur aku jadi gugup kalau berbicara langsung dengan perempuan. Akupun reflek memberikannya rekomendasi lagu Here Comes The Sun dan bergegas mengayuh pergi dengan sepeda bututku. Aku pikir perbincangan dengan perempuan itu hanya terjadi kebetulan dan hanya akan terjadi sekali. Alasannya tentu adalah aku yang pecundang dan sepertinya dia akan trauma berinteraksi dengan seorang pecundang sepertiku. Jadi tak perlu lagi ada rasa gugup.
Takdir ternyata berkata lain. keesokan harinya Aku kembali bertemu perempuan itu lagi secara tidak sengaja di kantin. Waktu itu Aku sedang mengisi ulang botol airku dengan kopi hitam panas. Kehadiran perempuan itu sangat mengejutkanku karena dia bilang sepert ini "Terima kasih rekomendasinya, lagunya enak". Lalu seperti ciri khas pecundang, Aku hanya menganggukan kepala perlahan untuk mengisyaratkan ungkapan sama-sama. Mungkin orang-orang menganggapku sombong dan segala macamnya tapi kalau boleh jujur aku hanya gugup jika harus berinteraksi dengan seorang wanita. Apalagi jika perempuan itu punya senyum yang manis, rambut panjang terurai sebahu, dan kulit yang putih kecoklatan.
Pertemuan dengan perempuan itu semakin sering terjadi. Entahlah, tapi selalu saja ada kata-kata yang dilontarkannya kepadaku. Perihal kopi yang aku minum, perihal sejarah band The Beatles, dan masih banyak lagi. Seiring dengan pertemuan itu, aku jadi bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku boleh jatuh cinta dengan perempuan itu ?. Pertanyaan yang tentunya sangat bodoh untuk dilontarkan. Namun aku yakin, Tuhan pasti tertawa melihat hambanya yang membuat pertanyaan konyol semacam itu sebab Dia pastilah mengizinkan Aku untuk mencintainya. Namun, orang-orang tentu akan bergumam bahwa seorang pecundang hanya layak mencintai tapi tidak layak untuk dicintai. Takdir pecundang dalam percintaan adalah kesedihan. Walaupun begitu aku mesti tetap berterima kasih kepada Tuhan karena telah menjadikanku seorang pecundang dan tentang perempuan itu, aku berharap dia tidak mencintai seorang pencundang sepertiku.
Posting Komentar
Posting Komentar