Di kamar Santo, tumpukan puntung rokok telah memenuhi asbak. Abu-abu hasil sisa bakaran tembakau juga terlihat betebaran di lantai. Hanya ada dua jenis rokok di kamarnya saat ini, jenis mild dan filter. Perbandinan jumlah puntung dari dua jenis rokok itu berbanding jauh sekali, rokok jenis filter bekas isapannya masih bisa dihitung jari sedangkan rokok jenis mild, jangankan menghitungnya melihatnya saja sudah malas. Rokok berjenis mild itu adalah rokok milik sahabat yang sekarang sedang ada di hadapannya, Adrian. Setidaknya hanya perlu waktu tiga jam bagi Adrian untuk membakar rokok sebanyak itu.
Sudah cukup lama Adrian tidak main ke rumahnya. Akan tapi Santo masih ingat sekali kapan terakhir kali sahabatnya itu berkunjung ke kediamanya. Dia ingat waktu itu Adrian datang untuk meminjam sepasang sepatu untuk pergi kencan bersama wanita incarannya, Sudah lama sekali, mungkin sudah enam bulan yang lalu. Rentang waktu yang cukup lama bagi jalinan persahabatan untuk tidak saling bertemu. Bukan karena perselisihan yang memisahkan mereka tapi karena percintaanlah mereka jadi jarang bertemu satu sama lain. Adrian telah mempuyai pacar dan tentu dia sibuk dengan hubungan yang sedang dia jalani. Walaupun begitu, Santo tidak pernah menjadikan perempuan sebagai sumber masalah di jalinan persahabatan antara mereka berdua. Bagaimanapun juga mereka sudah kenal dari kecil dan sudah mengerti satu sama lain.
Namun, kedatangan Adrian ke rumah dengan rokok yang begitu cepat dia habiskan membuat Santo bertanya-tanya penyebabnya. Tentu dia paham bahwa Adrian sedang dilanda masalah tapi masalah apa yang sedang hadapinya sekarang ini?.
"Jadi apa masalah lu?"Santo akhirnya memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada Adrian.
Adrian tidak merespon pertanyaannya. Dia memilih melanjutkan mengisap rokok lalu menghembuskan keluar asapnya dengan begitu khidmat.
"Udah lama kita kenal masih aja nutup-nutupin masalah"Tambah Santo.
"Diputusin pacar"Balas Adrian.
"Oh, yaudah. Kan bisa nyari lagi. Perempuan masih banyak kok"Kata Santo, berusaha menasehati sahabatnya.
"Iya ngerti tapi ada satu masalah lagi. Dia ga ngasih tau alasan putusnya. Gua udah coba nyari dimana letak kesalahan diri gua tapi tetap aja buntu"
"Terkadang gak semua pertanyaan bisa dijawab saat itu juga. Ada pertanyaan yang hanya bisa dijawab melewati perenungan panjang. Ada juga pertanyaan yang dapat dijawab ketika kita dihadapi dengan kejadian yang menyakitkan. Bahkan ada juga pertanyaan yang tidak perlu jawaban"
Adrian menghela nafas sejenak, mencoba meluapkan semua emosi yang ada di dalam dirinya "Hidup emang gak adil"
"Udah gak usah dipikirin, mending kita keliling Bogor nyari udara segar. Sekalian manasin Si Jagur"
Adrian mengiyakan tawaran tersebut. Santo pun mengeluarkan motor vespa PX-nya dari garasi. Suara motor itu sangat nyaring saat dinyalakan olehnya. Setelah beberapa saat dipanaskan, mereka berdua memulai perjalanannya ke pusat kota. Lebih tepatnya ke Taman Sempur. Lokasinya tidak jauh dari tempat kediaman Santo. Hanya tinggal lurus saja dari Gor Padjajaran ke arah Istana Bogor, setelah itu belok ke kiri. Suasana Bogor cukup bersahabat malam ini, warna-warni lampu menyirami langit kota. Pohon-pohon rindang berdiri gagah di kanan kiri jalan raya. Bogor memang selalu indah saat malam hari.
Mereka sampai dan Taman Sempur terlihat ramai oleh pengunjung. Mereka memutuskan unuk memesan minuman dan beberapa gorengan di dekat parkiran terlebih dahulu, lalu pergi ke arah Lapangan Sempur untuk menikmatinya di sana.
"Jika lu bilang hidup ini gak adil, cobalah lihat orang-orang di sekitar sini" Santo memecah hening
Adrian pun menuruti perkataan temannya itu. Dia menerka-nerka ke arah sekitar, mencoba menemui hal-hal yang bisa menjawab pernyataan sahabatnya. Dia pun berkata "Sudah"
"Apa yang lu dapet?" Ujar Santo.
"Kebanyakan pasangan di sini mesra-mesra banget"Jawab Adrian
Santo tertawa sejenak mendengar jawaban dari sahabatnya itu. "Gak salah sih. tapi coba lu liat ibu dan anak di sebelah sana". Terlihat ibu dan anak yang dimaksud Santo sedang berbincang satu sama lain, sepertinya sang ibu sedang asik menceritakan sebuah khayalan kepada sang anak dan anak itu terlihat gembira tentang apa yang diceritakan oleh ibunya. "Lihatlah, makanan mereka tidak sehat. Mereka tidak punya pakaian yang layak. Mereka bahkan tidak punya rumah untuk membaringkan badan untuk menghadapi hari esok. Tapi mereka masih bisa bersyukur dan menikmati hidup dengan menyempatkan tertawa bersama. Jadi janganlah merasa paling sedih di dunia ini. Pergilah keluar maka kamu akan menemukan banyak penderitaan yang lebih menyedihkan dari yang kamu sedang hadapi sekarang"
Adrian samar-samar mendengar nasihat dari sahabatnya. Padangannya kali ini terfokus ke arah wanita yang sedang asik jalan dengan pria di pinggiran lapangan. Itu adalah mantan pacarnya. Dengan begitu terjawab sudah alasan hubungannya kandas.
Posting Komentar
Posting Komentar